CRAZY RICH ASIANS Movie Review: Radiant & Tearjerker Undercover

September 11, 2018


HEI HOOOOOOOOO!!

GUESS WHO JUST CAME HOME STRAIGHT FROM THE CINEMA, FEELING SO GOOD AND WONDERFUL BECAUSE HER MOST GUILTY-PLEASURE SERIES THAT SHE'S BEEN ANTICIPATE ALL YEAR LONG TURNS OUT SO GREAT IN BIG SCREEN. BIKIN PENGEN CEPET-CEPET PULANG DAN NULIS TENTANG FILMNYA 😆 
*shamelessly screams and being so loud for the one who betrays to her commitment of publish one post per month

I know this is such crappy quality of the photo but upload it anyway bcs I'm excited.
Apple, you better worrrrrk.
Hola! It's yours truly, Sandy.

Sebelumnya gue mau berterima kasih untuk yang sudah pernah mampir kesini menyempatkan diri untuk membaca dua review buku dari series Kevin Kwan's Crazy Rich Asians dan Crazy Rich Girlfriend. Dulu sempet iseng-iseng cek stats nya dan ternyata masih sedikit banget compared to my other book reviews. Tapiiiiiii setelah trailer filmnya rilis terakhir ngecek stats nya sudah banyak banget yang nge-view, and made the post one of the most popular post on this blog. Once again, terima kasih! Xie xie!!

Awalnya super excited pas trailer pertamanya keluar. It surprise me for some reason too. Nggak nyangka kalau trailer nya is-this-guwd. Kalau pernah baca review buku yang gue post dulu-dulu itu gue punya opini kalau ini bakal jadi film yang so-so aja gitu. Oh damn, after watching the first trailer I gotta take my words back and slap myself. 

Setelah di announce di official website-nya: http://www.crazyrichasiansmovie.com/, film ini bakal mulai tayang di Indonesia bulan Agustus, ya jelas makin nambah dong anticipation nya apalagi setelah baca review-review yang udah nyebar dari US (karena duluan rilis disana). Seneng banget waktu buka website XXI, CGV dan CINEMAXX karena sudah ngejogrok tuh di Coming Soon nya. Tapi, eh tapi.........tiba tiba kok menghilang, lenyap begitu saja. PANIK DONG. Di official website jadwal rilisnya di Indonesia juga dihapus? Wah ada apa ini? 

Berasumsi bahwa schedule rilisnya mundur karena Agustus adalah bulan kemerdekaan RI, makannya di push-lah film-film Indonesia di bulan itu. Pada merhatiin nggak sih bulan Agustus itu lagi buanyak banget film Indonesia yang rilis? #Nasionalisme. Untungnya nggak lama dari situ muncul lagi list Indonesia di jadwal rilis, tapi sayangnya harus mundur ke bulan September. Ya sudahlah mau gimana lagi. But it didn't demote my anticipation about this movie. Selanjutnya hanya tinggal bersabar :')

Ok, enough with the blabbering, now let's jump to the movie.


-------



Film dimulai dengan scene flashback lawak dari Nicholas 'Nick' Young (Henry Golding) dan sepupunya, Astrid Leong (Gemma Chan) waktu masih pada kecil-kecil, DAN SUDAH TAJIR MELINTIR, BEB. Mulai dari sini 'core' character nya diperkenalkan satu-satu termasuk Rachel (Constance Wu), kekasih Nick. Dari scene ini aja gue yang sudah baca bukunya mulai hooked banget karena ini semua yang gue lihat depan mata personally percis banget seperti apa yang gue bayangin pas baca, hehe.

Both of them, Nick and Rachel, head to Singapore for Colin Khoo (Nick's bestfriend)'s wedding, where she realizes that his family are filthy rich. Kaya banget faaaaaak. 
Colin & Araminta. SO ADURABUUUUUUL!!!

Ini tuh gimana ya ngegambarin keluarganya Nick yang super kaya... Ini jauuuuuuuuh dari 'young money' gitu loh. Ya know, his family are like Hypebeast that we've been knew, but they're actually really care about fashion and not a plain t-shirt that says SUPREME, lol.

"Buang buang duit tau beb kita naik pesawat kelas satu!"
"Tenang, ini fasilitas dari bisnis keluarga kok"
"Bentar. Ini fasilitas? Penerbangan kelas satu??? Kamu holang kayah ya?"
"We’re comfortable," Nick says of his family in a massive understatement. Wadu, pasti nggak pernah ngerasain pegelnya tangan karena terlalu heboh pas goyang Shopee nih masnya.

Dengan harta yang melimpah bagai dosa umat manusia, surprisingly keluarga Nick masih sangat menganut budaya tradisional. Eleanor (the always-brilliant Michelle Yeoh), ibunya Nick ini adalah karakter yang paling menentang hubungan Nick dan Rachel, apalagi setelah tahu kalau Rachel bukan anak keturunan orang kaya dan bukan siapa-siapa. I easily can relate to that, Sis. Cheers.



Perasaan mulai dibejek-bejek saat Rachel mencoba memenangkan hati Eleanor. Tapi bagaikan kanebo yang sudah kering, Eleanor nggak kunjung menerima Rachel karena 'statusnya'. Patah hati lah kita. Apalagi setelah melihat kelakuan teman-teman Araminta Lee (Colin's soon-to-be-wife) yang juga super kaya raya di bachelorette party nya. Bahkan salah satu mantan pacar Nick yang cemburu buta jadi semena-mena dan jahat banget sama Rachel, sampai dibilang "Gold Digger Bisssssh."

OKAY NICK, YOU'RE MINE. BUT IF YOU'RE NOT GOING TO END UP WITH ME AT LEAST BE WITH RACHEL INSTEAD, OKAY?

Gusti Nu Agung, kalo gue ada di posisi Rachel mungkin gue nggak akan se-Tegar itu kayak lagu Rossa. But looking on the other side, masih banyak yang sayang sama Rachel disini. Selain Colin dan Araminta yang sudah mau ber-repot-repot jemput mereka di airport, ada juga Ah Ma (Eyang nya Nick), Peik Lin & Goh's Family, Astrid Leong dan Oliver T'sien (sepupu Nick selain Astrid yang super duper baik).

Filmnya memang bikin emosi naik turun. Di awal dimanjakan dengan scene kocak yang datang dari Peik Lin dan keluarganya, tapi makin ke belakang makin serius dan makin sedih. I am, a Crazy Poor Asian who cried like three times during a movie called Crazy Rich Asians. Hikseu.

Ending-nya? HAPPY ENDING DONG, GILA LOE, setelah dicabik cabik di pertengahan sampai 10 menit terakhir masih tega ngasih ending yang bikin rembes? Jahat banget sih kalian.


Karakter jagoan gue disini masih Astrid Leong, sama seperti di buku. Nggak ada alasan tersendiri sih, tapi mungkin lebih karena plot dan arc nya jarang banget diungkap di film-film chickflicks kayak gini. On her story, you can see how man  (her husband) can't deal with marrying woman who are richer than them, dan gimana Astrid coping sama personal problem nya ini. Tiap liat scene dia sedih, ingin rasanya peluk Auntie Astrid sampai kram otot :(

Overall gue suka banget banget sama semua yang ada di film ini. SUKA BANGET.  

Love the location cards.

The cinematography was surprisingly fun and good for the genre.

Musiknya.

Colin & Araminta's wedding scene. Fyi, gue nangis sih pas Araminta jalan di asile menuju altar. Bukan suka setting-an dan lagunya doang (yang berani banget pake Can't Help Falling In Love versi akustik yang bikin gue seketika ambruk) tapi juga karena keseluruhan scene nya indah banget plissss (+Colin mau mewek pas lihat Araminta jalan menuju altar, huhu, romantis), suka juga suka pas kamera bolak balik nge-shoot Nick dan Rachel. Shit is right there, apalagi pas vocal nya rada paused. MAKIN HUHUHU AJA. HATIKU KOCAR KACIR SIAPA YANG TANGGUNG JAWAB NI? Ternyata bukan gue aja. The whole studio juga kayaknya juga pada terbawa emosi. It was dead silent for the moment. Shout out for the man that put his glasses off to wipe his tears. Aku nangis bersamamu, mas. ((Edan deh, gue nulis dan ngedit paragraf ini sambil dengerin lagunya masih nangis juga wkwkwkwk, sekuat itukah impact nya, atau gue lebay doang sih?)).

Dan dibalik segala kemewahannya, Singapore itu juga charming banget. Paling favorit waktu di awal Rachel diajak makan-makan di local food market (soooooo mouthwatering) dan Nick pesen Sate Ayam dengan pelafalan Bahasa Indonesia yang alus banget. I'm floored. He won me over, lmao. 

As an adaptation of the book which I've read, walaupun dari yang gue perhatikan cukup banyak karakter dari buku yang nggak ikut ke versi layarnya, the heart of the story is captured so well in the movie. Constance Wu and Henry Golding are very likeable leads as Rachel and Nick. Personal note: so glad Rachel is much more of a character on screen thanks to Constance Wu's performance! I'm so in love. 

Also, give some props for Peik Lin (Awkwafina) dan keluarganya yang super kocak. In the movie, they totally steal the show!! Geblek aja bawaannya kalau ada mereka. 



And another personal note: gue sempat skeptis dan doubt banget saat Henry Golding di announce jadi Nick. Tanggapan gue saat itu bukan hanya, "HAH, ini nggak keputihan??" tapi juga "Kok gamble banget sih ambil orang yang nggak pernah punya sejarah main film untuk peran utama?" Tapi setelah nonton filmnya I know why they pick him. Hehe, thanks for proving me wrong, my dude :') *sujud* *kecup*



Sadly, aside of Peik Lin & The Fam's scenes, there aren’t a lot of laughs considering the two hour running time. The ensemble cast play off each other well and although the plot is occasionally cliched, the glimpse into another culture, albeit often surface level, is a welcome change for the genre. Kapan lagi kan lihat yang begini-begini di layar lebar? Yuk ramaikan! #ENERGYOFASIA.


Ndymeter
★★★★

Akhir kata, tontonlah kalau demen film rom-com dan berani eksplorasi dengan 'bumbu' yang berbeda. Nggak harus baca bukunya dulu untuk enjoy filmnya. Ini adalah film untuk wanita di luar sana yang berani, mandiri, passionate, nggak malu jadi diri sendiri dan bangga atas dirinya sendiri. Also for a breadwinner woman who doesn't need to hide your status and babysit your man through his fragile masculinity *peluk Astrid*. This is just one of the movie out there that celebrates woman's pride. Salut!

Kalo filmnya udah kelar jangan buru-buru beranjak dari kursi dan meninggalkan studio, ada satu credit scene. That's my man right there, Charlie Wu, everyone. Begitu liat dia di layar reaksi gue sama kayak pas Josh Ambrose McClaren nongol di credit scene To All The Boys I've Loved Beforem e n j e r i t. Karena kebetulan mereka sama-sama 'it' boy dan diperlihatkan di akhir film, haha. Kalau nggak tau siapa ni orang coba baca bukunya deh. With this, I can sense the second installments for the sequel. 

Hmmmm, menarique. 

Let's see.










You Might Also Like

0 comment