Book Review: Some Kind of Wonderful

June 04, 2017

SOME KIND OF WONDERFUL by Winna Efendi
Genre: Metropop, Fiction, Romance

Blurb

Liam Kendrick dan Rory Handitama memahami arti kehilangan. Liam pergi ke Sydney dengan dalih menggapai impian sebagai koki, walau alasan sebenarnya untuk menghindari cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan. Di lain pihak, Rory sedang berusaha menata kehidupannya setelah suatu insiden membuatnya kehilangan orang-orang yang disayanginya, dan melepaskan impiannya sendiri sebagai pemusik.

Keduanya paham arti berduka, meski belum mengerti caranya. Kesedihan dan kesepian mendekatkan Liam dan Rory, sampai akhirnya ada rasa lain yang menyusup. Saat perasaan sudah tak terelakkan, Liam dan Rory terjebak keraguan, dan rasa lama masih terlalu kuat untuk dilupakan. Dapatkah dua orang yang pernah mencintai orang lain dengan segenap hati menyisakan ruang bagi satu sama lain? 

Non-spoiler Review

Hm...Hmm... Awalnya gue sungguh ragu membaca buku yang satu ini. Winna Efendi nulis Metropop dan diterbitkan Gramedia Pustaka Utama setelah sekian lama namanya identik dengan publisher sebelah, Gagasmedia. Ada apa gerangan? Ah, bodo, I'm a bitch for metropop dan tanpa berfikir panjang gue akhirnya ambil ini dari bookshelf dan melesat ke kasir.

Dengan latar belakang kota Sydney, Rory dan Liam dipertemukan. Rory adalah seorang janda yang ditinggalkan oleh dua anggota keluarganya sekaligus secara tragis dan kini bekerja sebagai act di sebuah acara anak-anak di salah satu stasiun televisi, sekaligus menjadi pelayan paruh waktu di sebuah cafe. Ia ditinggal oleh suaminya, Jay dan anak semata wayangnya, Ruben. On the other hand, Liam, celebrity chef yang terkenal, yang menjadi playboy setelah ditinggal married sama cinta pertamanya. ((YAILA, cinta pertama will never work out, tell ya)).

Yep, benar sekali saudara-saudara, disini orang yang sama-sama 'damaged' dipertemukan.

Awalnya gue kira Liam dan Rory ini orang Australia asli, gataunya orang Indonesia yang domisili di sana. Hahahaha. Lagian namanya bule banget gue jadi salah kaprah.

Acara masak-memasak yang dipandu oleh Liam ternyata dinaungi oleh stasiun televisi yang sama dimana Rory bekerja. Entah kenapa setelah pertemuan pertama mereka, Liam penasaran sama cewek satu ini. Padahal janda, padahal nggak secantik cinta pertamanya dan cenderung 'dingin', hingga akhirnya mereka berteman dan saling jatuh cinta.

Cerita yang harusnya mudah dan simpel, dimana orang yang sama-sama damaged ini dipertemukan dan ditakdirkan untuk menyembuhkan satu sama lain ini entah mengapa menjadi rumit. Cinta itu kadang mudah, perasaan kita aja yang bikin ribet. Ah, rumit deh pokoknya. 

Ada satu quote yang nendang disini, buat gue pribadi:
"You either trust the other person and yourself enough to take the leap, or you don't. Kamu nggak bisa terus-terusan menutup mata sambil berdiri di pinggir jurang, mempertimbangkan keberanianmu dan berkakulasi apa akan sampai di seberang dengan selamat kalau melompat. Jawabannya nggak pernah ada kecuali kamu melakukannya."

ZADEZ.

Ndymeter

Pernah baca The Architecture of Love nya Ika Natassa? Ya mirip-mirip seperti itulah. Sama-sama pake POV dari dua karakternya, premisnya mirip, settingnya di luar negeri. Unintentionally bikin gue membaca dengan mental membandingkan daripada menikmati. Di bab-bab awal, buat gue pribadi membosankan, it starts with a slow pace, dan pendapat gue sebelum baca setengahnya: ini buku ternyata bukan Metropop yang gue cari. Makannya gue sempat doubt Mbak Winna ngapaen nulis genre ini. Tapi anehnya ditengah kebelakang gue jadi tiba-tiba sprint, ceritanya mulai berkembang dan seketika menggoda gue untuk baca terus, an ultimate page turner. Cara berutur sang penulis disini juga mirip TAOL, sih, Indo-English gitu selang-seling. Ya mungkin karena settingnya juga di luar negeri kali dah. Ini pendapat gue pribadi ya, untuk karakter dan cerita dilihat dari cara bertutur, for me TAOL win by a mile, tapi gue nggak bisa menepis kalau kompleksitas perasaan Rory disini tuh gue banget. YA. CURHAT. DIA.

★★★★

Jujur asalnya gue mau ngasih rating tiga bintang untuk ini, tapi in the end, Rory....Rory after all, she's basically me. Her lines, her feelings, her doubts of her own heart got me, ketakutannya akan keluar dari comfort zone setelah kehilangan suami dan anaknya, *sigh* simply relatable.


Yes, ini buku untuk kalian-kalian yang menolak melupakan and moving on. Gue banyak kena tampar di buku ini, you guys maybe want some too? Hehehe. 

You Might Also Like

0 comment