Book Review: China Rich Girlfriend (Kekasih Kaya Raya)

June 20, 2017

CHINA RICH GIRLFRIEND by Kevin Kwan (translated to Bahasa by Cindy Kristanto)
Genre: Fiction, Chicklit, Romance, Family


Blurb

"Sekarang malam pernikahan Rachel Chu. Ia memakai cincin bermata berlian Asscher-cut, gaun pengantin yang sangat ia sukai, dan memiliki tunangan yang rela kehilangan semua harta warisan demi menikahinya. Namun, gadis itu sedih. Ayah kandungnya, yang tidak pernah ia kenal, takkan mengantarnya menuju altar. 

Lalu suatu kejadian mendadak membuat identitas pria tersebut terungkap. Dan Rachel pun terseret ke dalam dunia gemerlap Shanghai, yang berisi kemewahan tak terbayangkan dan orang-orang yang bukan sekadar kaya raya… mereka kaya tujuh turunan."



Non-spoiler Review


Gue sudah pernah bilang di post yang ini kalau gue tertarik untuk baca sequel-nya Crazy Rich Asians, padahal bukunya sendiri biasa-biasa aja. For the love of God, why? Kenapa gue tertarik? Simply gue penasaran. Ya, gue sebenrnya udah baca-baca banyak review juga kalau di buku ke-dua-nya ini sang author, Kevin Kwan, masih so-soTo be overwhelming on the the first one mungkin masih bisa dimaafkan, dan di buku ini gue merasakan kalau berkisah tentang brand-brand 'nyebelinnya' itu sudah sedikit dikurangi.

Sebelum baca buku ini WAJIB KUDU HARUS baca buku pertamanya dulu biar ngerti. Kalian harus rasakan apa yang gue rasakan, meraba-raba dan mengingat-ingat pohon keluarga yang lebih rumit dari algoritma. 

Cerita dimulai dengan Nicholas (si pangeran-tajir-melintir) yang berhasil untuk menikahi Rachel walau harus rela dirinya dicoret dari pewaris harta keluarga. Rachel sendiri adalah wanita biasa-biasa saja yang satu profesi dengan Nicholas yang bertemu dan memadu kasih di New York and they found home on each other's. Namun rencana pernikahan mereka nggak semulus yang dibayangkan. Mak Lampir alias Eleanor (nyokapnya Nick) datang membawa drama ke acara pernikahan, padahal diundang aja kagak. Akhirnya dia memberi restu dan menyampaikan persetujuannya kepada Nick untuk menikahi Rachel, and more surprise, she know something about Rachel's biological father.

Garis besarnya di buku yang ke dua ini banyak bercerita tentang keluarga baru Rachel dan ayah kandungnya (yang ternyata horang kayah). Setelah sekian lama akhirnya dia ketemu adik cowoknya yang super perhatian, Carlton dan teman baru, sosialita kelas atas, Colette. Dan ada juga 'A Series of Kitty Pong', yang bikin gue tergiur untuk selalu skip bagiannya, tapi akhirnya gue telen juga. Ya, karena nggak penting gitu, dia juga nggak ada hubungan langsung dengan tokoh utamanya jadi buat apa lah...


Still, there’s some eye-popping pleasure watching a group of ladies lay waste to every luxury stuff, yang bikin buku ini jadi 'juicy', dan harus gue akui penulisnya cakap banget to know exactly which brand is right for which moment (but sometimes it became too much for me). I think Kwan just sometimes got really carried away with it all and could sometimes get lazy and spend pages describing money and luxury objects instead of advancing plot or developing his characters. Bahkan depth dari protagonis nya aja masih sangat sangat sangat kurang, sama seperti di buku sebelumnya. Its not improving at all. Bingung deh gue.


Konflik yang menarik juga datang dari Astrid Leong dan Michael Teo, he became a young money and *sigh* cowok lovely ini tiba-tiba jadi nyebelin. Ceritanya nggak diselipkan banyak sih, tapi ini masih jauh lebih menarik dan menggoda dibandingkan cerita tentang Kitty Pong and her series of 'nggak-penting-ness'.


Plot twist? Ada banget!! Gue kaget sih, aselik. Nggak nyangka ternyata yang punya rencana jahat dan sadis untuk membunuh Rachel itu...baca aja sendiri, deh




 Overall

Setelah gue membaca Crazy Rich Asians dengan Bahasa Inggris, gue sudah punya ancang-ancang untuk beli lanjutannya dengan Bahasa Inggris juga. Terus ada diskon besar-besaran dari Gramedia kemaren lantas untuk me-minimize pengeluaran akhirnya gue tergiur dan beli versi Indonesianya aja HAHAHA.

Versi Indonesianya sendiri not bad, nggak bikin ilfil sama bahasanya. Tapi namanya juga translate-an, jadi ya teteup aja ada yang bikin "Heh, apane?" wkwk. 

For me it was hard not to be knocked out of the fascinating anthropological exploration into just seeing lists of brand names and fancy places and endless descriptions of wealth until it became less fascinating than absolutely nauseating dan malesin, namun untuk orang seperti gue ternyata masih bisa menikmati sampai lembar terakhir. Dan ini adalah buku terlama yang pernah gue habiskan sepanjang tahun 2017 ini. Dua minggu.

And guys, there's third book coming out this May!! Gue gatau ini termasuk good news apa bukan tapi adaptasi layar lebarnya juga sudah dibeli oleh Warner Bros dan akan jadi film Hollywood pertama dengan All-Asian-Acts. We'll see how it'll turns out. ((Menurut gue sih bakalan jadi film yang shallow gitu, karena dari bukunya sendiri, selain hiburan isinya tuh sejujurnya juga 'kosong')).

UPDATE AS PER SEPTEMBER 2018: RALAT! Anggapan gue tentang film nya bisa di ralat gak? The movie is incredible, powerful! Easily one of the best book-to-movie adaptation. It showcases not just lavishness but also emotions, beautifully. Let this mark the revival of romance flicks! 💗 

Full impression gue tentang filmnya bisa dibaca disini.


Ndymeter


Banyak faktor yang menurunkan rating gue. Pertama, harus gue akui cover versi ini tuh cakep nan kece parah tapi entah kenapa bukunya harus berukuran besar, gue lebih suka buku yang bulky tapi kecil daripada lebar begini because it'll be more travel friendly karena gue suka baca dimana-mana. Kedua, ceritanya-isinya-plotnya masih "Hhhhnnnngggg" And last but not least, kayaknya yang bikin buku ini kagak baca kritik orang-orang tentang developing character-nya yang masih lemah banget. Tapi mungkin itu emang gaya penulisnya dan keinginan dia, who knows deh ah.

★★★

Verdict: Sure, I enjoyed it. Fine. You win. Sebanyak itu kritik yang gue lontarkan tapi nggak dipungkiri setelah waktu yang kami habiskan berdua ((berduaaa)), gue cukup menikmatinya.

I still recommend these in the end. But maybe space them out, and maybe tone down whatever expectations you have after reading my review by about…oh, 30%. It’s still pretty good, but simmer down just a little bit about it. *winks*




You Might Also Like

0 comment