April Update + FETCH THE DESTINY

April 25, 2018

April so far has been fun.
But not so fun either (loh?)

Gue bete. 
My skin is not in a good shape lately. Sebenernya udah sejak awal tahun dimana gue memutuskan untuk lepas dari dokter kulit. Sejak itu muka gue keadaannya makin memburuk sampai puncaknya di April ini. Mungkin ini kondisi muka terburuk gue karena masalahnya banyak banget, dan sebelumnya nggak pernah separah ini.

Huft. 
Feels like everything is falling apart (lebay). But really though...not just my face but so does some part of my body karena bekas alergi huhuhu, sedih gabisa pake baju lengan pendek. Hella nightmare.

Seperti penampakan permukaan bulan yang biasa kita lihat di buku/internet, seperti jalanan di Bandung Barat yang entah sampai kapan akan diperbaiki, seperti kondisi wajah setiap gue bercermin akhir-akhir ini. Dull skin, gaping pores, severe dark circle, sunkissed tan, acnes, whiteheads, dark patches, the needity of getting my jaw shaved, yadda yadda. UGH NGELIST NYA AJA UDAH BIKIN SEBEL (an adolescence dealing with adolescence’s problems).

Gue pernah bilang kan kalau bulan-bulan awal tahun ini tuh melelahkan banget buat gue. Overly stressed about something, serba anxiety, lagi kere, dll. Mungkin itu mempengaruhi kondisi kulit juga secara langsung. Sedih deh, semua effort gue untuk ngerawat kulit dari beberapa tahun yang lalu kayak raib aja gitu setelah masalah kulit yang bagaikan air bah ini melanda. Lebih sedih lagi karena muka gue yang begini-begini aja, rasanya bikin masalah kayak gini tuh makin membebani diri (lebay juga ya?) 

Gue jadi sempet berfikir, alangkah bahagianya kalau terbangun esok nanti bisa secantik Krystal dan mendapat kabar menyenangkan kalau jalanan di Bandung Barat sudah menjadi mulus. 

In every species, lemme say animal for example, akan lebih memilih yang lebih cantik, lebih cemerlang, lebih menarik perhatian dalam lingkungannya. Bunga yang cantik akan lebih menarik hama-hama. Induk burung akan mengabaikan telurnya sendiri untuk kemudian menduduki sarang yang lebih besar, atau mengalihkan makanan dari anak-anak mereka untuk memberi makan anak lain yang punya paruh yang lebih terang. Manusia, kalau boleh disetarakan dengan binatang, tentu juga punya dorongan yang disebut Stimulus Supernormal yang contohnya sudah disebutkan di atas. Bukan begitu? Law of Attraction, anyone?

To be honest gue pun tidak menampik, gue juga manusia yang juga punya kecenderungan ingin dianggap lebih karena adanya Stimulus Supernormal dan Law of Attaction ini. Jadi, seberapa salahkah gue yang mengharapkan dirinya bisa secakep Krystal? :''')

Ya. 
Tidak usah dijawab.

BUT ANYWAY, April also filled with plenty of surprises, the unexpected things that I never expect of. HEHE. I can't really tell you now but I'll definitely do it later. 

So now let's jump to the main post. (((lmao what))))))




---




"San, lo nonton Infinity War gak?"
"Mau gue temenin gak?"
"NONBAR YUK NTAR KALO LO PENGSAN YANG GOTONG SIAPA"
"Sendiri lagi nih lo nontonnya? Kemana-kemana sendiri deh lo"

What else? Did I miss something? Ini kan yang sering banget kalian utarain tiap ngobrol/chatting sama gue? Ada yang ngerasa nggak? Wkwk.

FINE.

I'm showing up on the theater at day one, on the first show in the morning, alone, because I am the very epitome of my own ideal company. NO ONE CAN STOP ME.

Beneran sendiri, dong?

Muhun.

Adult friendships are hard because everyone is busy and life happens. Sekarang sudah susah untuk mengeksekusi "Cus, ngeng" seperti jaman baheula ketika muda dulu. I am actually quite getting used to of the stares that everyone gives on the theater or wherever I am when I'm alone. Kenapa? Kalian sedih ya ngeliat gue sendirian? Wkwkw. Tapi sejujurnya hal yang bikin gue sedih adalah bagimana kalau gue nggak bisa melakukan apa yang gue mau dan gue suka cuman gara-gara nggak ada temen dan nggak mau sendirian. Kalau ngajak orang lain, terus pada nggak bisa atau membatalkan janji on the last minute bahkan tanpa kabar I know I'll be fucking annoyed so, yeah, I guess I better off alone.

Berhubung 'Marvel Awareness' di circle gue tuh juga minim banget jadi ya...hmm...mau gimana lagi?  Besides, I always have a ground rule with me yang akan gue terapkan dari saat memfilter ajakan nonton bareng, ticketing dan saat menonton. Pokoknya kalo nonton film Marvel sama gue tuh ribet dan gue juga selektif untuk milih temen nonton and I don't see that as a problem because WHY NOT KAN YA? This is the thing that I love and I've pour my heart and soul into for years, and ofc I don't want to go with someone who have the possibility to ruin and rob the joy, right?

If you want to dig it with me, then this is the requirements that you need to fill:

  • Buys ticket by Pre-Order. Anti beli tiket hari H apalagi ngantri di kasir. Wegah. Pasti cepet abis dan kalau dapet pun pasti duduknya dapet yang ngga ena. Kalau nggak bisa sepakat masalah waktu kan bete. Therefore susah cari orang yang waktunya ngepas sama jadwal gue.
  • No talking during the movie. I can not be distracted. APALAGI YANG NGELUARIN HAPE DI TENGAH TENGAH. ISH BENCI KALINYA AKU!!!!
  • No question. I won't miss the thing that I've been waiting for years to see. Inget-inget aja pertanyaan yang mau ditanyain sendiri dan gue akan jawab nanti kalo udah kelar post credit scene. (Makannya gue prefer sama yang udah ngerti) (Selektif) 
  • Kalau ada karakter yang mati, you'll cry with me. I need someone to invested in this as much as I do.
  • If someone tryna get in to the theater with a baby, A KID. Oh My Lord. I need you to take them down quickly. I don't need a commotion during the film. Kalau ada anak kecil nangis tereak-tereak gak jelas pas filmnya main tolong tegur orangtuanya, kalau mereka masih nggak ngerti bilangin jangan berkembang biak (((Oke, yang ini apaan banget))) 
Gimana? Berat kan? None of you qualified to do all the things above, right? Ini khusus Marvel dan Star Wars aja sih. Otherwise, kayaknya nggak akan seketat ini. Alsannya gue hanya ingin experiencing sesuatu yang gue suka banget dan pingin meminimalisir gangguan aja gitu. See why I go alone so often? Lagian nggak ada yang aneh kalau nonton bioskop sendiri, yang aneh itu di bioskop ada kotak amal ngider kayak pas Sholat Eid. 


So how was the film?


UPDATED BY THE DATE AS FOLLOWS:

First show in the morning, on the release day. Here I was, all alone. Pake ada drama mesin self ticketing mati jadi harus ngantri ambil tiketnya satu satu di kasir. Fortunately gue datang lebih pagi dan masuk ke studio sejurus setelah dapet tiket setelah antri sekitar lima menit sebelum mulai. 

Gue sebelumnya pernah nyobain nonton di Starium waktu nonton Dunkirk dan sumpah kok keren banget gitu waktu pertama nyobain (karena Bandung belum ada IMAX), tapi pas Infinity War ini rasanya malah biasa aja... Screen nya nggak full? Hello? Apakah memang begini? Sound nya juga biasa aja padahal pas Dunkirk gue sampai hampir loncat karena membahana banget. Aside of the brighter and clearer picture, nggak ada yang lebih menyenangkan. Kursinya mana juga sempit wkwk.

BUT ITS DEFINITELY FULL HOUSE! Packed, jammed dan gerah pas di awal-awal. Mungkin karena banyaknya orang di dalem, kapasitas Starium sendiri bisa muat lebih dari 100 orang...maybe even 200? Lama-lama dingin sih, brrrrrrr.


Gimana? Jadi siapa yang mati?


Yang mati duluan? Lampu bioskop. Ha Ha Ha.


Well, damn. Seperti yang sudah kalian tau, Marvel is finally killing off characters. This is needed to demonstrate the consequences of Thanos. Without characters dying (maybe), the threat of Thanos is taken less seriously because he has to be seen as a very dangerous villain for a good storytelling. And for me it really does the job. Sukses. Sangat threatening.

Build up ceritanya dari masing-masing latar belakang karakter nggak usah diceitain lagi kalau udah tau. The film dig more into Thanos and his backstory. Damn, ini juga salah satu supervillain yang bagus loh development nya. If you compare Loki or Killmonger, and dive into how they do a story arc with how Thanos did on this film, ternyata WOW mereka nggak se-deep itu, mereka nggak se-amazing itu, dan nggak se-kece itu. He easily dethroned both of them as the Marvel's best villain. This is a whole new experience for me. Dang.

In short, Infinity War is everything you want, and nothing you expect. Karena tebakan kalian wahai para geeks and nerds yang suka bikin teori-teori, itu tebakannya pada meleset. The film itself filled with a lot of humor, surprises, dark, solid dan penuh interplay. Nontonnya terbawa emosi, melelahkan secara mental, dan banyak banget sesuatu yang nggak diduga-duga. Bahaya juga sih ini karena gue nontonnya pas lagi dapet wkwk, jadi nontonnya beneran sambil mules, sangat invested, emosyenel, ditambah lagi AC bioskopnya dingin banget so I sneez a lot. And you know what makes it even more worse? Sneezing on period feels like giving a birth to jellyfishes. UGH.

Also, ahhhhhHHHHH akhirnya ketemu Bucky lagi huhuhu seneng. Screentime nya nggak banyak sih, tapi cukup untuk mengobati rasa kangen ini. HUHUHUHUHUHUU sayaaaaang. Imagine if I bring my boyfriend to see the movie (well, if I have one), and then Bucky showed up. On the entire of his screentime, I get all excited and it makes someone who came with me irritated and felt insecure, wahahahaha. So praise The Lord. I don't. He looks like a whole course meal here, no wonder.

As long as I can remember, I was in the verge of crying too. Ini film superhero dan gue nyaris nangis. Iya. "Mr. Stark, aku mau pulang, aku nggak mau mati...." Ya Allah pas bagian itu sedih banget. Pas scene Pikachu Thor nangis gue juga sedih. Dan waktu Loki di awal nyebut 'Odinson' sebagai nama keluarga dia........hix..........sebenernya pingin mewek, tapi malu kan ya, wong pas itu filmnya baru juga mulai.

It's worth every cent and every second spent afterall. Tense, suspense-nya juga dapet. Humornya nggak usah ditanya. Ceritanya bener-bener complicated karena tiap karakter punya backstory yang berbeda-beda yang udah diceritain di stand alone film-nya masing-masing. Holy Hell, Mr. Feige, you did very well. As expected from the master of large scale storytelling, your story blueprint is always been amazing and solid; and Russo Brothers rise the stakes higher than you can believe or imagine. Kalau ini mau disejajarkan sama Empire Strikes Back nya Star Wars gue setuju banget sih, keduanya sama-sama kuat dengan ceritanya masing-masing. And Brolin is Incredible, oh God, tone nya itu loh kayak tone dosen killer yang nguji kita sidang. Ngeri. All the actors, cast and crews, you guys did the impossible. Can't wait for the Part II yang judulnya belom dibocorin.

Satu sih kekurangannya: There is TOO MUCH going on. Crazy.

YAEYALAH YANG MAIN AJA ADA BERAPA, NENG. AING BEDIL JUGA NIH LAMA-LAMA!
 (Eh, mau dong :3)

The entire film is like a Choachella, but with superheoes. Seru dan menyenangkan. Atmosphere di dalem studio juga luar biasa heboh. Ditambah lagi keindahan brewoknya Chris Hemsworth, Sebastian Stan, dan ALLAHUAKBAR sekarang Chris Evans juga brewokan Ya Allah indah banget huhuhuhu gue lemes, gemes liatnya. Demen banget yang model-model begini tuh, mau terkam aja bawaannya.

Keluar nonton pikiran gue kosong, kembali memikirkan hal-hal apa yang baru gue tonton barusan, digesting, nginget-nginget terus mumet sendiri. Sampai di rumah gue panas dingin dong kayak orang sakit. Masa sih efeknya sampai kayak gini? (lebay #3) (padahal gara-gara pulang ke rumah gak bisa naik gojek karena hujan, order gocar nggak ada yang mau ngambil, macet) (akhirnya menembus hujan dan naik angkot). Ending yang dikasih gila. Begitu banget. Jahat amat. Mau aku tebalekan saja kursi bioskop ini rasanya?!?!?! And it makes me crave even more for the next chapter. At least that's how I feel right now, seven hours later after the screening whlist writing this shit.

Gue juga udah nyerah lah sama yang ngasih spoiler bahkan ngerekam-ngerekam di dalem studio. Yang gue heran, kok sempet aja gitu ngerekam bikin stories. Dia nonton itu mau caper, dibilang hits and get into the hype train, atau mau bener-bener nonton sih? Coba tanya nama walinya Tiara Sandy Tedjasukmana waktu nikahan sama Sersan Barnes. Pasti nggak bisa jawab!

Yang bikin April hectic tuh bukan karena Infinity War doang sebenernya, tapi yang gue suka (lagi-lagi), comeback di waktu yang hampir bersamaan. Minggu depan kayaknya gue juga mau review album Eau De VIXX deh ya, I'll make sure to do that. 기다려 주세요!

Dan ini juga ada rilisan barunya si gebetan di bulan ini, huehehe. Ternyata si doi nyempetin nonton Infinity War juga sehabis manggung. Sayaaaang, tau gitu kan tadi kita nontonnya bareng aja :(

Please give some love.




Update as per April 29 2018: 
Watched it twice dan masih somber. However setelah berfikir panjang, peringkat pertama masih kokoh dipegang Captain America: Civil War. Cara layering, motif dan delivery ceritanya menurut gue masih paling apik. Benturan ideologi Captain America-Iron Man berhasil dituturkan berimbang, brief introduction of Black Panther and Spider-Man into the squad, and our one of the smartest villain, Baron Zemo. He fights without armor dan tanpa kekuatan super, tapi hanya lewat satu film dia bisa memecah belah Avengers. If he wasn't the one who has the best motive of a villain, then I don't know who that was. Not forget the fights on the airport. Timing shoot nya cakep-cakep dan bersih. Clean, gak banyak noise, dan masih lucu. Masih banyak yang mencela adegan itu karena dianggap “kebanyakan ngelawak" Hmmm....mungkin mereka perlu belajar lagi soal sekuen aksi. Setelah cerita utama berkembang dan selesai, eh di ending pecah lagi konflik baru yang impact nya gede banget sampai berimbas di Infinity War. With this conclusion akhirnya post ini bisa bener-bener gue tutup dengan: Infinity War, yang se-massive itu, yang super complex, rumit, dan bertabur bintang, ternyata belum bisa merebut tahta Captain America: Civil War di nomor wahid. 

Tq.

You Might Also Like

0 comment