Izinkan Sandy memulai post ini dengan:
YA ALLAH, GUSTI NU AGUNG, GUSTI PANGERAN, INDAH SEKALI
CIPTAANMU. AKU SAYANG BANGET SAMA DIA, dan abangnya😭
Bermula ketika gue mau merintis playlist dengan tembang kpop
lawas di Spotify out of nowhere. Kayaknya lagi kangen aja sama jaman dulu, dan kalau
ngikutin yang sekarang tuh udah nggak kejamah lagi aja. Memang sudah tua aja sih
darisananya, kurang lebih sudah satu dekade menyelam di kubangan kampret ini. I'm getting older and the industry grows rapidly now.
Dimulai dari masih jadi fans kere yang harus ke warnet untuk
download music video karena di rumah belum ada internet, beli majalah buat dapet poster dan ikutan giveaway album/tiket
konser karena SEKERE ITU. Back
then, the struggle is real.
Kpop hari ini sudah jauh berbeda dari 10 tahun yang lalu.
Sekarang mana ada cuy orang yang mau fangirling harus ke warnet dulu, beli tabloid
untuk baca berita, koleksi poster dari majalah, struggle nonton subbed video yang ber-part-part, kalau download video/liat fantaken aja harus level up di
forum, ngakak kepayang nonton grup yang disuka bikin parodi drama-drama hits sambil cross-dressing, ngeliat interaksi boy-dan-girl-group yang lumrah pada masa itu, yadda yadda.
Dari jaman per Gayo-an liat orang-orang cheering masih pake balon,
sekarang pakai lightstick. Terus dulu dapet tiket konser gratis dan bisa pegang
pager depan panggung, sekarang udah bisa beli tiket konser tanpa mikir tapi
ngonsernya harus duduk karena sudah jompo + recovery nya 3 hari.
Sekarang secara pribadi udah lebih establish, tapi kpop nya
sudah tidak seperti dulu lagi. Aih, sedih banget. Reality hits some of us, and it’s
inevitable.
Selama 10 tahun, berapa grup yang kehilangan membernya?
Berapa grup yang sudah
disband?
Berapa grup yang hiatus?
Giliran diri sudah mapan, kok jadi kayak gini?
Nah, kembali lagi ke cerita bikin playlist kpop jadul di Spotify
yang akhirnya gue beri nama “Ya Allah Aku Kpop Banget” (yang sampai saat ini sudah ada 700+ lagu). Gue kembali
mendengarkan lagu-lagu lawas, masukin ke playlist, dan mencoba mengingat-ingat
lebih keras apa saja yang mungkin gue lewatkan.
Kalau bicara tentang grup generasi kedua, nggak mungkin
nggak ada TVXQ. Mau berlima kek, berdua kek, they’re still God of The East.
Setelah beberapa tahun ini hiatus dari dengerin mereka (karena mereka juga hiatus untuk mengabdi pada negara), gue
akhirnya mendengarkan "Keep Your Head Down" lagi dengan seksama beberapa waktu lalu, and I cried instantly. Nggak nyadar aja itu aer mata udah ada di pipi, jatoh sendiri.
You guys… TVXQ was the memory, the snapshot of youth for a
whole generation (my generation). Their songs are songs that bring you back to a certain time
in your life (masa-masa putih abu gue). That’s incomparable to any award, or record, or sales
achievement (yeah, you name it).
Teringat kembali rasa penyesalan kenapa pas di bangku SMA
dulu baru tau TVXQ saat mereka sedang ada lawsuit dengan tiga membernya yang
cabut, padahal baru pe-de-ka-te. Makin sedih pas ada berita katanya Changmin
mau kuliah di luar negeri. Terus gimana kelanjutannya? Kelar aja nih?
Anjir.
Back then I was 14 or 15, I can’t even talk to boys, let alone
got my heart broken. Dan baru pertamakali patah hati sama orang-orang yang
tidak tahu menahu tentang keberadaan gue di semesta ini. Gue sedih pun sepertinya mereka juga
tidak peduli, hehe.
Long story short, tahun 2011 salah satu temen gue nelfon.
“Ndy, TVXQ comeback. Lo ke rumah gue sekarang!”
“HAH????? YANG BENER LU?????”
Saat itu juga gue ngibrit ke rumah temen gue itu yang punya akses
internet. Terus dia muterin the infamous diss-track that no one talking about thesedays, no other than Keep Your Head Down, dengan formasi DUA MEMBER.
ANJIIIINGGGG DUA MEMBER DOANG.
Lalu gue cuman bisa
kicep, melongo sambil lemes.
“Mi, ini…ini…beneran?”
Dan kita nangis banget berdua, hahaha. Good times~
Fast forward to 2019, akhirnya mereka menyambangi Indonesia dengan solo konser pertama di tanah air, tapi sialnya gue lebih memilih untuk datang ke ASS di hari yang sama. Sampai gue
dipanas-panasin Ron, “Idih, artis hip-hop mah bisa kapan-kapan main ke WTF.
TVXQ kan nggak mungkin ke WTF!” Which sadly true.
Total nyesel gue disini. Tapi yasudahlah, mungkin belum
waktunya aja.
Setelah tahun lalu Yunho finally…finally solo debut,
sekarang waktunya Cami alias kesayangannya si aku.
Remember how TVXQ restart their legacy as two young men
filled with confusion and anxiety? Now they're finishing the decade as two
grown, confident, humble men, proud of their achievements. Dan sekarang
dua-duanya sudah punya aktivitas solo masing-masing. So, yay for it!
First thing that came to my mind after this was: CAN WE TALK
ABOUT HIS HAIR? AND HOW HE LOOK GLORIOUS AND MAJESTIC WITH IT? As long as I can remember, seumur-umur gapernah liat dia rambutnya diwarnain kayak gitu, ya?
This is a solo act. And he got the voice of
like multiple men here????! How is that even possible? He’s like a whole
damn boy group on his own.
Selain title tracknya, lagu-lagu se-mini albumnya juga
lumayan. I believe it's not the best that he can pull off di waktu sesempit ini, tapi gue cukup puas. Sebenernya kaget kenapa lagu-lagu disini nggak ada yang bergenre ballad atau apapun itu yang membuat vokalnya menonjol. Mengingat 'Chocolate' adalah genre pop-dance, itu bikin heran setengah mati, "Kok gini sih dia?" I kind of understand that he's challenging and trying something new instead of do something that people expect he would do. If in the end he pull off a ballad act on his debut then it won't be a surprise and show a new side of him, IMO.
Sampai sekarang masih nangisin track 4 yang judulnya Piano itu huhuhuhuh. Single handedly, in one fell swoop, my all time favorite track. Suka karena dari dulu emang agak kinky sama modelan solo track doi yang seperti Heaven’s Day dan Closer. Tau lah ya kenapa, masa perlu gue jelasin.
Sampai sekarang masih nangisin track 4 yang judulnya Piano itu huhuhuhuh. Single handedly, in one fell swoop, my all time favorite track. Suka karena dari dulu emang agak kinky sama modelan solo track doi yang seperti Heaven’s Day dan Closer. Tau lah ya kenapa, masa perlu gue jelasin.
For me, TVXQ symbolize an era. They defined a path for
the industry/culture. Ada yang masih belum tau kalau Mirotic tuh staple lagu kpop di awal perkembangan industri? Mungkin generasi sekarang kurang relate ya?
Their biggest obstacle now is touching the youth on a personal level. Sebenernya agak sedih generasi sekarang nggak familiar sama mereka because I used to know them and their music in a heartbeat karena mereka sempat segede itu.
But there's always a blessing in disguise:
There is a generation who became who they are now because they knew 동방신기 (and VIXX is proudly one of them)
Dimana generasi itu adalah generasi kedua injury time (yes, you don't read it wrong), dan generasi ketiga.
Their biggest obstacle now is touching the youth on a personal level. Sebenernya agak sedih generasi sekarang nggak familiar sama mereka because I used to know them and their music in a heartbeat karena mereka sempat segede itu.
But there's always a blessing in disguise:
There is a generation who became who they are now because they knew 동방신기 (and VIXX is proudly one of them)
Dimana generasi itu adalah generasi kedua injury time (yes, you don't read it wrong), dan generasi ketiga.
Your idols wish to age like them now, huh? They set the bar high. You sure? |
Now I feel really old, tapi masih ada generasi yang lebih
tahu mereka sebelum jaman lawsuit tuh. Gimana ya perasaannya? Gue aja sudah
merasa seperti millennial’s fossil.
For the sake of his promotion, let’s stop turning this into
competition. Karena beda jaman dulu dengan jaman sekarang ya, adik-adik.
Kesukaan kami masih mengudara aja sudah syukur Alhamdulillah. If you really
want to support him, do it and be happy for him. That’s all. Semoga kalian paham kalau diatas Amerika masih
ada Surga. Ok, ini jokes buat yang ngerti aja.
Dengan banyaknya idol generasi kedua yang
sudah pada kelar duty nya, pasti banyak yang berharap kalau mereka bisa kembali ke grup nya masing-masing. Dan mulai
berkarya lagi seperti sebelumnya to shake the balance. Well, no pressure sih sebenarnya. Tapi gue
penasaran aja apa yang akan terjadi kalau masa wamil grup-grup lawas ini udah
pada kelar, lalu gantian sama generasi yang sekarang lagi naik-naiknya.
I lowkey just want them to remember that they were a gem on an
era. Karena apapun yang terjadi, mereka tetap punya tempat khusus di hati para
penggemarnya. And those tunes are timeless.